Wednesday, December 15, 2010

-resensi buku-


28 Tahun Mengembara di Palestina



Judul buku: Jalan-jalan di Palestina: Catatan atas Negeri yang Menghilang

Penulis: Raja Shehadeh

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008

Tebal: xxiv+ 237 halaman

palestina

Ini bukan buku baru karena sudah terbit sejak Juli 2008. Namun, membaca buku ini di tengah agresi Israel ke Jalur Gaza, Palestina, yang sudah memakan korban lebih dari 1.000 orang, akan mengingatkan kita pada masalah pendudukan tanah Palestina oleh bangsa Yahudi, yang sudah berlangsung sejak puluhan tahun lalu.

Buku ini berisi enam bab cerita jalan-jalan penulisnya, Raja Shehadeh, dalam kurun waktu 28 tahun di perbukitan sekitar Ramallah, Jerusalem, dan Laut Mati.

Tiap perjalanan punya rutenya sendiri, melintasi jarak dan waktu, berlatar sejarah negeri suci tiga agama besar di dunia.

Selain menceritakan keindahan alam Palestina, Raja juga mengisahkan interaksi antara masyarakat Palestina dengan para pemukim Yahudi, serta berbagai konflik yang berakar pada masalah pendudukan tanah Palestina oleh orang-orang Israel.

Sebagai penulis dan pengacara, Raja Shehadeh bertekad melawan melalui jalur hukum kasus-kasus pendudukan tanah Palestina yang dilakukan lewat berbagai macam cara oleh Israel.

Sampai awal 80-an, Raja telah menulis tentang aspek-aspek hukum sengketa tanah dan mengajukan permohonan melawan perintah-perintah Israel untuk mengambil alih tanah Palestina demi dijadikan permukiman Yahudi.

Selain menulis berbagai kasus sengketa tanah, dia juga menelusuri misteri tanah kelahirannya yang terpecah belah, yang membuatnya khawatir akan masa depannya yang tak pasti. (hal xix)

Raja mengakui, para pemukim Yahudi serta tokoh-tokoh antagonis dalam buku ini dapat ditemui dalam kehidupan nyata. Dia membenci niat-niat mereka yang agresif dan kelakuan mereka terhadap tanah Palestina dan penghuninya. Namun dia jarang menghadapi mereka secara langsung.

Mereka dipukul rata dan dicampur jadi satu, seperti para pengembara abad 19 menggeneralisasi orang-orang Arab lokal seraya mencoba untuk menghapus mereka dari negeri yang ingin mereka gambarkan.

“Di berbagai titik para pemukim itu dilihat dari jarak yang jauh. Aku khawatir apa yang akan mereka perbuat. Aku ingin tahu apa yang mereka pikirkan. Aku bertanya apakah aku dan orang-orangku terlihat oleh mereka,” katanya. (hal xxiii)

Raja mengembara mulai 1978 hingga 2006. Meski tak ada cerita atau laporan hasil pengamatan seputar perlawanan rakyat Palestina, yang lebih dikenal dengan istilah intifadah, namun kehadiran buku ini menyegarkan kembali ingatan pembacanya akan tanah Palestina, yang kini dihuni penduduk asli dan para pemukim Yahudi, serta berbagai konflik yang terjadi di antara mereka.

Sebagai penulis yang mengerti masalah hukum, dia tidak memasukkan sentimen ras dan agama dalam tulisan-tulisannya. Itu yang membuat tulisannya jernih dan enak dibaca. Jadi wajar bila diganjar Orwel Prize 2008.

-dari aQ-
Aku terttarik ketika melihat buku ini,..
terlihat dari sampul depan sebuah perjalanan yang begitu indah untyuk digambarkan kawan...
ayo kita buru buku ini...
q pun juga heeee....^_^
-vhori-

0 comments:

Post a Comment

siLakaN berkomeNtar.........( يرجى التعليق )

 

Telaga Sarawandori mutiara tersembuny

Telaga Sarawandori, mutiara tersembunyi



Telaga Sarawandori, bagaikan mutiara indah yang masih tersembunyi di Papua. Pantai biru bercampur hijau. Keasriannya masih benar-benar asli, cantik tanpa dandanan prasarana apapun. Lautan nan biru disambut dengan air tawar dari telaga.Telaga Sarawandori merupakan perpaduan air laut dan air tawar.

Warna airnya kehijauan sangat bening, Wow perjalanan yang sungguh cantik... Bagaikan di telaga dongeng ........ Rimbunnya hutan ditepi telaga ..... sejuk, jernih, asri. Anak-anak di Sarawandori ....... bersahabat walau malu-malu..

Kejernihan airnya ........ mampu mengungkap semua yang ada di dalam telaga. Bintang lautpun dengan mudah untuk dipungut.

Telaga Sarawandori, mutiara indah yang terletak 30 km dari kota Serui, Kabupaten Japen Waropen, Papua.

Indonesia memang luar biasa kekayaan alamnya. Anda tidak akan pernah membayangkan keindahan seperti apa yang dapat Anda nikmati bila menikmati telaga yang begitu bening dan mempesona seperti Telaga Sarawandori.

Telaga berwarna biru dengan panorama yang sangat indah ini terletak di desa Sarawandori, sekitar 5 km dari kota Serui, ibukota kabupaten Yapen, Papua. Di sini dibangun sebuah objek wisata yang ramai dikunjungi oleh masyarakat kota Serui pada hari Minggu dan hari-hari libur lainnya. Selain sebagai objek wisata juga tersedia rumah-rumah untuk tempat istirahat melepas lelah sambil bermalam.

Obyek wisata ini dikelola oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Yapen Waropen di Serui. Jauh dari keramaian dan masih amat alami, akan membuat liburan Anda tidak akan terlupakan.

Telaga Sarawandori memang menyimpan potensi wisata bahari yang menarik wisatawan, karena telaga ini benar-benar masih "perawan" bening dan berwarna biru. Pemerintah Kabupaten Yapen membangun pondok-pondok istirahat dimana para pengusaha membuka rumah makan, restoran, kafetaria hingga karaoke.

Telaga yang diapit dua tanjung di bagian Barat Kota Serui itu pernah menjadi tempat persembunyian kapal perang tentara sekutu pimpinan AS ketika perang dunia ke-II melawan Jepang dimana pasukan sekutu dibawah komando McArthur membumi-hanguskan Kota Hiroshima dan Nagasaki.

_dariQ untuk Qt_

Subhanallah .....
alam indonesia adalh surga di dunia....
bagaimana tidak beragam kekayaan alam ada di Indonesia tercinta ini.
Banggalah kita-kita yang hidup di negeri terindah ini. ^_^

Sample Text

-orang-orang yang didoakan malaiakat-

* Kita tidur dalam keadaan suci

* Duduk menunggu waktu sholat

* Berada di dhaff terdepan dalam jamaah

*Orang yang mau menyambung shaff shalat jamaah

*Malaikat mengucap amin waktu sholat

*Duduk di tempat sholat setelah sholat

*Shola shubuh dan ashar berjamaah

*Mendoakan saudara tanpa sepengetahuannya

*Berinfaq

*Makan sahur

*Menjenguk orang sakit

**Mengajarkan kebaikan kepada orang lain